Sunday, May 24, 2009

Hidung dan Flu Burung Memang Tidak Jodoh

Suhu dalam rongga hidung manusia terlalu dingin untuk virus-virus flu burung bisa hidup dan berkembang di dalamnya. Virus flu burung yang sampai di hidung kemudian menginfeksi manusia jelas telah melewati proses mutasi yang khusus.

Tim riset gabungan dari Imperial College London, Inggris, dan University of North Carolina, Amerika Serikat, menguji berbagai virus flu manusia dan flu burung, termasuk H5N1, pada sel-sel yang ditumbuhkan dari rongga hidung manusia. Profesor Wendy Barclay dari Imperial College London menyatakan studi dilakukan karena tidak mungkin mengembangkan vaksin untuk setiap 16 subtipe virus flu dari unggas.

"Perlu ada prioritas," kata Barclay, "Studi ini memberi petunjuk vital tentang perubahan seperti apa yang dibutuhkan virus-virus itu untuk bermutasi dan menginfeksi manusia."

Hasil studi menunjukkan, virus-virus flu burung yang normal memang tidak mampu menyebar secara ekstensif dalam sel-sel bersuhu 32 derajat Celsius--besaran suhu yang ada dalam rongga hidung manusia. Barclay dan timnya menduga inilah penyebab kenapa virus-virus itu lebih memilih menginfeksi lambung unggas yang lebih hangat, yakni 40 derajat Celsius. Bahkan, ketika suhu sel sudah dinaikkan menjadi 37 derajat Celsius--menuruti suhu tubuh normal manusia--mereka juga tak bisa banyak berkutik.

Ini juga yang diduga kenapa virus flu burung tidak mudah menyebabkan pandemi di antara manusia karena untuk bisa bertahan hidup di hidung--fron terdepan dari sistem pernapasan manusia--pun mereka tak sanggup. Kalaupun virus itu sampai di hidung manusia, mereka tidak akan mampu tumbuh dan menyebar antar sel. Dampaknya, sel-sel di saluran pernapasan yang lebih bawah tetap aman.

Hasil studi yang sama bahkan menunjukkan bahwa virus flu manusia harus berjuang keras untuk bisa tetap hidup dan bereplikasi dalam rongga hidung ketika proteinnya diganti dengan protein milik virus flu dari unggas. "Virus dari unggas ada senantiasa di luar sana, tapi mereka jelas hanya bisa menyebabkan pandemi kalau sudah mengalami mutasi tertentu," kata Barclay.

Sumber : www.tempointeraktif.com/hg/sains/2009/05/19/brk,20090519-177213,id.html

No comments:

Post a Comment