Bayangkanlah ruas-ruas jalan dengan marka garis lurus atau putus-putus putih di tengahnya yang bisa memasok energi listrik. Mobil-mobil listrik tinggal melintas di atasnya untuk proses recharging sehingga mereka tak perlu lagi ambil pusing mencari tempat colokan listrik.
Kampus teknologi terkemuka di Korea Selatan, Institut Ilmu dan Teknologi Maju Korea, sedang mengembangkan marka jalan seperti itu. Mobil Listrik Online. Begitu nama proyek yang sudah melahirkan prototipe itu.
Saat ini prototipe marka memang baru bisa memasok energi untuk mobil-mobil listrik mini yang biasa digunakan di padang golf. Tapi, desain yang sedang disiapkan nantinya akan mencakup pula kegunaan untuk mobil ukuran normal hingga bus.
Teknologi induksi listrik, transfer listrik tanpa lewat kontak fisik--dengan begitu berbeda dengan kereta rel listrik, itu melibatkan marka selebar 20-90 sentimeter yang ditanam di permukaan aspal. Lalu, peralatan magnetik di kolong mobil dan bergerak atas kendali sensor berperan menyerap energi dari marka jalan itu.
Teknologi ini mengadopsi teknik yang sudah digunakan beberapa merek sikat gigi elektrik. Sikat gigi itu tertutup rapat dan antiair karena mengandalkan sebuah koneksi magnetik untuk menerima energi ketika sedang tidak digunakan dan berada di tempat dudukannya.
"Jika kami bisa menanam marka ini di 10 persen panjang jalan di kota saja itu sudah cukup untuk bisa memberi tenaga mobil-mobil listrik," kata Cho Dong-ho, manajer Mobil Listrik Online.
Cho mengatakan sistem yang bisa menge-charge beberapa mobil sekaligus akan memungkinkan memperkecil ukuran baterai yang selama ini menjadi beban sebuah desain mobil atau bus. Daya jelajah mobil juga bisa ikut bertambah.
Sistem yang diklaim aman untuk manusia atau pejalan kaki (tidak memberi arus setrum) maupun mesin itu akan diuji pada tahun ini juga. Strip-strip itu, Cho menjelaskan, nantinya akan ditempatkan di jalur antrean bus dan jalan-jalan menjelang persimpangan, di mana arus kendaraan di atasnya sudah pasti melambat.
Biaya yang dibutuhkan untuk menanam sistem teknologi ini di jalan-jalan di Seoul dan kota besar lainnya di Korea Selatan ditaksir sekitar 400 juta won atau lebih dari Rp 3,1 miliar.
Sumber : www.tempointeraktif.com/hg/sains/2009/05/19/brk,20090519-177215,id.html
No comments:
Post a Comment